Breaking News

Sungai Dijadikan Wadah Penampung Sampah Masyarakat


Oleh: Novia Ramadyana

Prodi Sosiologi

Universitas Mataram

Sampah merupakan salah satu masalah besar yang masih belum tertangani di Indonesia. Saat ini Indonesia telah masuk ke fase darurat soal penanganan sampah. Di desa Petemon Pagutan Timur, Mataram, NTB masih terjebak dalam persoalan sampah. 


Masyarakat desa Petemon membuang sampah sisa baik itu sampah organic maupun anorganik ke sungai terdekat dari rumahnya. Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahayanya membuang sampah ke sungai menyebabkan sungai sebagai wadah penampung sampah mereka. Akibat yang sangat jelas terlihat saat ini adalah terjadi penyumbatan pada sungai yang kemudian naiknya air sungai saat hujan. Selain itu, tumpukan sampah ini mengeluarkan bau yang sangat tidak sedap. Hal ini mengganggu kenyamanan para pengguna jalan yang ada di sekitar sungai. Keindahan sungai yang dulu telah hilang karena tumpukan sampah yang sudah seperti kerumunan ikan yang diberi makan. Sampah-sampah yang menumpuk ini berasal dari berbagai sungai yang kemudian terhenti di satu tempat.



Gambar 1: Tumpukan sampah di Sungai desa Petemon Pagutan Timur, Mataram, NTB

Di balik pandangan negatif dari masyarakat lain, masyarakat yang tinggal di sekitar sungai memanfaatkan kondisi seperti ini sebagai peluang mencari cuan, yaitu dengan mengambil sampah yang sekiranya bisa dijual kembali ke pengepul, seperti botol plastik, gelas plastik, besi atau alumunium bekas, dan sampah lain yang bernilai jual.


Tidak sedikit keuntungan yang didapatkan dari hasil mengumpulkan sampah oleh masyarakat. Mereka memperoleh sampah plastik yang bernilai jual dalam jumlah banyak, sehingga membantu menambah pemasukan mereka.


Solusi yang pernah ditawarkan pemerintah desa adalah dengan memberikan fasilitas motor tosa pengangkut sampah yang terdapat petugas untuk berkeliling mengambil sampah sisa masyarakat. Susahnya masuk motor tosa karena gang-gang rumah yang sempit menyebabkan terhentinya program ini berjalan.


Sedikit dari bagian masyarakat yang sadar untuk membawa sampahnya ke jalan besar agar tidak menjadi bagian penyumbang sampah ke sungai. Petugas pengangkut sampah tidak bersedia mengambil sampah yang ada di dalam gang, begitu pula masyarakat yang rumahnya di dalam gang tidak berkenan membawa sampahnya ke jalan besar untuk kemudian diangkut petugas.


Dan pada akhirnya masyarakat memilih jalan alternatif, yaitu membuang sampah ke sungai. 

Menumpuknya sampah di sungai desa Petemon ini menjadi sorotan berbagai kalangan. Hingga muncullah ide dari perangkat desa untuk melaporkan masalah ini kepada pihak pemerintah desa. Kemudian dari pihak pemerintah desa meminta bantuan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) untuk mengangkut sampah-sampah yang menumpuk tersebut.


Masalah sampah ini sedikit teratasi hingga sungai tersebut mengalir seperti biasanya dengan bersih. 

Namun, kejadian awal tidak membuat masyarakat desa Petemon sadar untuk membuang sampah pada tempatnya atau membawanya ke jalan besar untuk kemudian diangkut petugas kebersihan. Dan pada akhirnya sampah yang menjadi pemandangan tidak enak kembali memenuhi sungai dengan bau yang merusak penciuman manusia. 


Hal ini menyebabkan petugas dari DLHK mengangkut sampah yang menumpuk di sungai dalam kurun waktu dua minggu sekali. Hingga saat ini, masalah sampah yang menjadi penyumbat aliran sungai di desa Petemon masih belum teratasi. Oleh karenanya, perlu ada bimbingan serta sosialisasi kepada masyarakat setempat mengenai bahaya membuang sampah ke Sungai, dan yang paling penting akan muncul kesadaran dari masyarakat itu sendiri untuk tidak lagi membuang sampah ke sungai setelah adanya edukasi atau penyuluhan mengenai bahaya sampah.


Saya sebagai penulis opini mengharap setelah dibacanya tulisan ini, akan ada bantuan atau solusi dari pemerintah yang lebih atas untuk menangani masalah sampah ini. Karena hal ini menjadi masalah yang paling utama di desa Petemon. Dan tidak ada lagi sampah yang menumpuk serta agar masyarakat merasa nyaman tanpa adanya rasa keresahan terhadap keadaan sampah.

0 Comments

© Copyright 2023 - Suara Konsumen Indonesia