Tim Jumat Salam Inspektorat Provinsi NTB saat berkunjung ke Desa Mantar Kec Poto Tano Sumbawa Barat. |
Sumbawa Barat - Dalam kegiatan Jumat Salam Sabtu, (16/12) Inspektorat Provinsi NTB mendapat desa binaan di Desa Mantar Kec. Poto Tano Kab. Sumbawa Barat. Jumat Salam kali ini juga digelar dengan rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi NTB ke 65 di Kabupaten Sumbawa, Minggu, (17/12/23).
Desa Mantar adalah sebuah desa yang terletak di ketinggian 685 mdpl. Berlokasi di ketinggian, Desa Mantar dijuluki Negeri di Atas Awan, karena di pagi hari, lereng perbukitannya diselimuti awan. Desa ini juga merupakan tempat wisata dirgantara yaitu tempat take off paralayang.
Jumat Salam kali ini dipimpin oleh Inspektur Provinsi NTB, Ibnu Salim, S. H., M. Si., CGCAE, dengan tim yang terdiri dari Sekretaris, Muhariyadi Kurniawan, S. Sos., M. E., Irban II, M. Yusrin, S.H., M.H., Irbansus, H. Zuliadi, S.H., beserta staf sekretariat, diterima Kepala Desa Mantar, Asmono dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Abdul Gafur.
Dengan potensi wisatanya yang cukup menjanjikan, Desa Mantar memiliki beberapa permasalahan dalam pengelolaannya. Yang utama adalah masalah kekurangan air dan akses jalan.
Kepala Desa Mantar Asmono mengatakan Desa Mantar pernah kekurangan air juga, "kekurangan kita dari dulu adalah air pak, saat ini bisa dikatakan kami masuk dalam kategori kekurangan air. Kalau untuk warga masyarakat kita cukupkan dulu. Tapi untuk mencukupi kebutuhan wisata, masih sulit. Dulu pernah dicoba melakukan pengeboran sumur, tapi tidak berhasil. Karena kami tidak tahu letak titik airnya," ujar Asmono.
Lebih lanjut, jika dimungkinkan Desa Mantar bisa difasilitasi pengeboran sumur dengan menggunakan metode geo listrik. Selama ini untuk mencukupi kebutuhan air tamu wisatawan, dilakukan dengan cara menimba air dari sumur.
"Cukup menyulitkan menimba air untuk wisatawan dan mungkin karena masalah air ini juga, belum ada pihak ketiga yang berminat berinvestasi di Desa Mantar," tambahnya.
Terkait hal ini, Inspektur Provinsi NTB Ibnu Salim, menjelaskan inilah tujuan program Jumat Salam, yaitu untuk menyerap permasalahan masyarakat.
"Ini nanti kita akan sampaikan permasalahan airnya, kita akan komunikasikan, kalau memang ada dukungannya dari Dinas ESDM Provinsi, insya Allah akan kami bantu untuk penyelesaiannya. Saya sarankan juga untuk dikomunikasikan dengan DPR. Tapi kalau untuk (tingkat) provinsi, nanti insya Allah kita sampaikan," ungkapnya.
Tidak hanya itu, persoalan yang ada juga akan disampaikan ke Dinas Pariwisata Provinsi NTB, terutama dalam mendukung pariwisata.
"Karena ini potensinya luar biasa tinggal direvitalisasi lagi untuk peningkatan kualitas tempat ini, kualitas event-event yang nantinya akan dikembangkan di sini, "tambahnya.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mempunyai program untuk mendukung wisata di desa-desa. Dalam hal ini, ujarnya, semakin cepat pengajuan ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan lebih baik.
Inspektur juga berpesan agar dalam mengelola pariwisata, masyarakat Desa Mantar menjaga hutan di daerahnya. Hal ini penting dilakukan agar keseimbangan alam tetap terjaga.
Desa Mantar terdiri dari tiga dusun. Satu dusun terletak di bawah, dua dusun di atas perbukitan. Akses jalan menuju Desa Mantar perlu mendapatkan perhatian serius. Perjalanan dari bawah ke atas memakan waktu sekitar 30 menit. Meski sudah berupa jalan aspal, namun sangat sempit dan curam.
Irban II M. Yusrin sampai berseloroh, bahwa perjalanan menuju ke atas sangat menegangkan.
"Sampai di atas saya kaget, ternyata di atas sudah ada masjid, banyak rumah-rumah, padahal jalan yang harus ditempuh sangat curam. Pasti sulit untuk mengangkut bahan bangunan ke atas," ujar Yusrin.
Asmono menyampaikan bahwa sejak menjabat sebagai kepala desa 3 tahun lalu, ia sudah berjuang untuk perbaikan jalan utama melalui Musrenbang tingkat kecamatan. Namun belum ada tanggapan.
"Saya cuma minta pelebaran jalan utama karena yang naik ke sini bukan cuma warga, tapi juga wisatawan", jelasnya.
Sementara Sekretaris Inspektorat Muhariyadi Kurniawan menambahkan bisa juga dengan membuat alternatif lain, seperti membatasi jenis kendaraan yang naik ke atas.
"Khusus sepeda motor sejenis trail misalnya. Tapi harus juga dipikirkan di mana tempat parkir motor dan tempat pemberhentian, parkir untuk mobil-mobil di bawah," tandasnya.
0 Comments