Yaya Qalbiyah Harisanti S.Si (Muslimah Peduli Generasi)
|
Rabu 24 Juli 2019 beredar berita tentang kasus pembunuhan terhadap anaknya sendiri yang dilakukan oleh remaja berinisial SNI (18) di dalam toilet Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Beriman mendapat kritikan pedas dari masyarakat.
Tidak heran jika banyak yang mempertanyakan mengapa pelaku bisa tega membunuh dengan keji terhadap buah hatinya yang ia lahirkan. Bayi berjenis kelamin perempuan itu tewas setelah mulutnya disumpal tisu toilet dan tali pusarnya dicabut.
Setelah tewas, jasad bayi dimasukkan kedalam kantong plastik dan berencana membuangnya di luar. Aksinya pun ketahuan petugas rumah sakit saat hendak melarikan diri. SNI perempuan asal Tenggarong ini mengatakan sejatinya tak ingin hal ini terjadi. Namun lantaran belum siap menikah dan belum siap punya anak, ia pun terpaksa melakukan hal itu. Padahal sang pacar diakui SNI telah siap untuk mengarungi rumah tangga bersamanya.
Kasus kasus serupa dengan hal demikian juga terjadi hampir terjadi di seluruh pelosok negeri. Tercatat maupun tidak tercatat oleh media, bisa dibilang setiap tahun selalu muncul dengan pelaku yang berbeda. Apa yang salah dengan remaja kita hari ini? Gaya hidup remaja hari ini mengikuti gaya hidup sekuler, gaya hidup Barat yang serba bebas.
Gaya hidup yang tidak ada matinya, setiap hari ada saja tren kekinian yang meramaikan lini masa media social, dari masalah pakaian, makanan, games, film “pacaran” hingga berakibat gaul bebas baik melalui media maupun bertemu secara langsung.
Di sekolah tidak ada lagi yang namanya jaga jarak dengan lawan jenis, hingga laki laki dan perempuan gaul secara bebas tanpa batas. Bayangkan jika dari berangkat sekolah bersama, pulang bersama sampai sehari hari pun bersama, sehingga kejadian yang menimpa SNI juga bisa menimpa remaja kita yang lain.
Sekuler memberi ruang kebebasan pada remaja dalam berperilaku kemaksiatan yang mencabut fitrah manusia. Berani berbuat tetapi tidak siap bertanggung jawab demikian ungkapan yang tepat. Berbagai produk pendidikan yang ada berusaha untuk mengembalikan karakter remaja.
Sayang karena asasnya sekuler yang menempatkan agama hanya sebatas ibadah ritual, sangat jauh dari nilai nilai Islam sehingga tidak bisa menutup keran gaul bebas. Berbagai aturan yang diterapkan negara hari ini terkesan tambal sulam, muncul aturan baru muncul masalah baru dan masalah yang lama tidak terselesaikan, ambil saja contoh tentang Rancangan Undang undang Penghapusan Kekerasan Sexual, tidak bisa memberi sanksi untuk kasus suka sama suka.
Negara gagal mendidik remaja berkarakter (siap bertanggung jawab pada pilihannya) dan melindungi mereka dari pergaulan bebas.
Islam sistem paripurna melindungi remaja dari kemaksiatan dan mendidik mereka dengan karakter syakhshiyyahIslam (siap bertanggungjawab dihadapan Allah dalam menjalani kehidupan dunia).
Aturan Islam sangat cocok untuk diterapkan kapan dan dimanapun. Pada masa Rasul manusia butuh makan, sekarang pun sama. Yang berbeda, apa yang dimakannya. Islam mengharamkan daging babi untuk dikonsumsi. Kini, meski daging babi sudah disterilkan dari kandungan cacing pita yang menjijikkan atau dikemas dalam bentuk nugget atau kornet, tetep saja jatuhnya haram.
Dulu manusia melestarikan jenisnya dengan pernikahan. Untuk itu, Islam mengharamkan perzinahan untuk menjaga garis keturunan dan berpacaran yang mendekati perzinahan. Kini, meski seks bebas kian dianggap lumrah dengan alasan suka sama suka dan pasangannya mau bertanggung jawab, tetap saja judulnya zina yang dilaknat dunia akhirat.
Dulu, Islam mewajibkan berpakaian harus sempurna biar aurat tertutup rapat. Kini, walau sudah jadi tren pakaian yang irit bahan, tetap saja mengumbar aurat itu melanggar aturan.
Hanya aturan Islam saat diterapkan menghasilkan remaja yang produktif dan diakui zaman. Para Khalifah berusaha keras merealisasikan hal tersebut. Kita ketahui banyak ilmuan islam sekaligus ulama, Ibnusina ahli kedokteran sekaligus ulama sampai sekarang ilmunya dipakai di dalam kedokteran dunia. Allahu’alam. (LNG05)
0 Comments