Selong-Baru-baru
ini santer di bicarakan oleh public terkait penanganan kasus pekerja migran
Indonesia yang dilayangkan ADBMI Foundation ke Damkarmat Lombok Timur menyita
perhatian.
Banyak
para pemerhati PMI mendukung langkah yang diambil oleh ADBMI Foundation. Salah
satunya Usman, ketua serikat buruh migran Indonesia (SBMI) provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Usman
menilai langkah yang dilakukan ADBMI membawa kasus PMI ke dinas pemadam kebakaran
dan penyelamatan Lombok Timur di pandang sangat tepat. Pasalnya,
Disnakertrans hari ini "tidur panjang".
"Maklum
Disnakertrans masih tidur. Toh juga kalau ndak selesai, mereka kirim ke Badan
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) di Mataram," pungkas Usman
ketua SBMI NTB.
Lebih
lanjut, ketua SBMI juga menyebut bahwa ia sudah 2 tahun tidak membawa kasus PMI
ke dinas tenaga kerja Lombok Timur.
"Kami
bukan enggan (bawa kasus) ke Disnaker, namun tidak bisa terselesaikan di
sana," cetus Usman.
Usman
minta agar pemerintah daerah memberikan atensi lebih terhadap dinas tenaga
kerja Lombok Timur, agar terbangun dari tidurnya selama ini, harus ada tenaga
yang faham di samping itu, Disnakertrans Lombok Timur masih minim perhatian
dari Pemda Lombok Timur.
Diketahui
bahwa anggaran Dinas tenaga kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lombok Timur tahun
2025 berjumlah 2,8 miliar. Atau 0,01% dari 100% APBD Lombok Timur sangat kecil
bagaimana bisa mengatasi semua permasalahan yang di hadapi oleh PMI dan
Keluarganya,
“Harapan
seluruh masyarakat sangat besar terhadap disnaker dalam menjalankan fungsinya
sesuai dalam Undang-undang no 18 tahun 2017 tentang perlindungan PMI, Uu
ketenagakerjaan, juga Lombok timur sudah ada Perda dan Perbub pemberdayaan
perlindungan PMI,
Kewajiban
Disnaker melakukan pengawasan ketat terhadap P3MI dalam merekrut dan pengiriman
PMI juga wajib melakukan pengawasan dan harus tegas terhadap LPK yang masih
beroprasi rekrut masyarakat dan iming-iming bisa mengirim PMI ke luar negeri
padahal hanya melaksanakan kursus Bahasa, jangan biarkan masyarakat jadi
korban, ‘tegas usman
Di
tempat yang berbeda, Roma Hidayat selaku ketua ADBMI Foundation menyikapi
kritis hal tersebut. Pasalnya, Lombok Timur sebagai pengirim PMI terbesar di
NTB, namun masyarakatnya masih jauh dari kata sejahtera.
Roma
bahkan menyebut minimnya anggaran ke Disnaker yang sebesar 2,8 miliar dari
pemerintah Lombok Timur cukup untuk beli kerupuk program makan bergizi gratis.
"Coba
ditingkatkan juga anggaran untuk dinas tenaga kerja. Karena anggaran ke
Disnaker itu cukup buat beli kerupuk,"terang Roma Hidayat.
Sebagai
pemerhati PMI, ketua ADBMI tersebut bahkan sudah kehabisan kata-kata untuk
mendeskripsikan situasi PMI hari ini.
"Sudah
nyaris kehabisan kata untuk mendeskripsikan kebebalan ini."
"Disini kita akan uji pemerintahan. Ini, betulan smart atau smart kW," terang Roma.
0 Comments