Lombok Timur- sebentar lagi pemilihan kepala daerah (Pilkada) di seluruh Indonesia termasuk di Nusa Tenggara Barat, memilih pemimpin atau kepala daerah propinsi dan kabupaten/kota, mengajak teman-teman semua mari kita menjaga kerukunan dan saling menghargai agar perbedaan dalam pilihan pada Pelikada tahun 2024 ini agar tidak sampai memicu perpecahan antar sesama. Karena pilkada pada setiap lima tahun selalu terjadi. Kita harus semakin dewasa, kata Usman pada selasa,“17 September 2024.
Usman saat ini menjabat selaku Ketua Dewan Pertimbangan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Tingkat Nasional, Sekretaris HIMPAUDI Nusa Tenggara Barat, Ketua HIMPAUDI Lombok Timur, Pendiri Forum Pemuda, Mahasiswa Dan Masyarakat (FPM2) Sakti, dan selaku Pembina Gerakan Advokasi Nusantara (GANAS), mengatakan dalam pilihan politik boleh berbeda, tetapi jangan sampai perbedaan politik itu membuat kita terpecah belah. Nikmati saja proses demokrasi itu dengan dewasa, tapi jangan lari pada hal-hal yang bersifat ideologis dan permusuhan politik. Dengan meningkatnya suhu politik nasional menjelang pada pilkada 2024, ia mengajak semua pihak menjaga secara moral dan sosial agar kontestasi pilkada berjalan normal jujur, adil, dan bermartabat dan mendapatkan pemimpin yang amanah,“Katanya,
Menurutnya, salah satu kunci sukses pilkada ada pada para penyelenggara pemilu, termasuk pemerintah dan TNI/Polri. Penyelenggara diharapkan bisa memposisikan diri secara adil, objektif, dan sebagai wasit yang baik. Jika ada keberpihakan maka akan menjadi masalah.
Usman,
saat ini juga menjabat sebagai ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Nusa
Tenggara Barat dan juga Profesi sebagai ASESOR di Pendidikan, kelompok masyarakat kata
dia, harus menjadikan pilkada sebagai kontestasi yang lumrah, seperti layaknya
menyaksikan sepak bola atau pertandingan olahraga lainnya yang pada akhirnya
akan ada yang akan menjadi pemenang dan yang akan kalah, yang menang menjadi pemimpin kita,”ujarnya
Memandang
lumrah dan wajar, sangat penting agar masyarakat tidak terlalu berat beban
dalam memaknai pilkada. Jika terlalu berlebihan, maka dikhawatirkan menjadi
bersikap fanatik buta. pilihan politik itu memang komitmen setiap orang, tetapi
jangan fanatik berlebihan, lalu membuat pemilu itu menjadi berat sekali,
berpolitik santai dan santun dan tetap adem tidak saling menyerang dengan
membuat isu kurang baik karena beda pilihan, "beber Usman.
Usman
mengajak teman-teman berpolitik yang membangun. Tidak saling provokasi, membangun
pernyataan-pernyataan dari yang saling menyinggung antar sesama tetap
mengedepankan tali persaudaraan agar tetap terjaga. Karena Masyarakat perlu
suguhan persaingan politik yang sehat sebagai pembelajaran, bukan saling
menjelekkan antar sesama karena beda pilihan.
Perbedaan merupakan sebuah anugerah seperti dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Namun sudah sewajarnya yang dikedepankan adalah mengukuhkan persatuan yang dilandasi sikap tenggang rasa, toleransi, dan jiwa besar. Agar membawa suasana politik pada 'alarm'. Kita bawa kontestasi politik itu menjadi lebih wajar dan dewasa dan kita harus cerdas,”tutup Usman
0 Comments